Kuliah Jurusan Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum
Tahun ajaran baru segera tiba, sudah saatnya adik-adik kita menentukan tempat berlabuhnya dalam menggapai pendidikan tertinggi sebagai siswa. Perkuliahan menjadi media di mana marwah siswa memiliki indikator tersendiri. Di satu sisi memiliki status istimewa, satu sisi menjadi pintu selamat datang ke dunia sesungguhnya.
Penulis merupakan mahasiswi jurusan Jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan ternyata minat adik penulis juga ingin meneruskan untuk berlabuh di jurusan ini. Apakah senang? Tentu senang. Tetapi, penulis yakin terdapat pembaca yang penasaran mengenai jurusan ini di kampus islam. Pertama, jurusan jurnalistik merupakan jurusan baru yang dahulu merupakan konsentrasi di prodi Komunikasi Penyiaran Islam. Tetapi saat ini, prodi Jurnalistik memiliki fokus tersendiri, di bawah kaprodi bapak Kholis, di tahun 2019 jurusan ini memiliki minat yang meningkat. Diusulkan tahun-tahun berikutnya, prodi ini semakin berkembang.
Kedua, apakah prodi Jurnalistik memiliki kesamaan dengan prodi KPI?
Kesamaan yang ada karena adanya akar atau rumpun ilmu komunikasi di dalamnya. Namun, KPI yang sudah terkenal di UIN Jakarta juga memiliki fokus mendalam ke bidang kehumasan dan terkait komunikasi islam. Jurnalistik, sudah jelas di sini kita fokus ke mana, publistitas adalah topik utama. Penulis juga ikut belajar Fiqih, Hafalan Quran dan beberapa matkul islami lainnya seperti ilmu tasawuf walau tidak terlalu dalam.
Bagaimana dari segi biaya?
Tentu biaya pun memiliki kenyamanan dengan prodi lainnya tergantung kelas UKT yang diambil. Menurut penulis, uang kuliah tidak terlalu mahal dan kompetitif. Saran penulis, segeralah ambil beasiswa karena sangat membantu untuk menunjang biaya pendidikan selama berkuliah 4-6 tahun.
Apakah memiliki dosis yang baik?
Beberapa dosen memiliki keahlian di bidangnya khususnya di wilayah publisitas dan berkaitan dengan ilmu komunikasi. Seperti bapak Kaprodi, bapak Kholis. Dilanjutkan bapak Dr. Suhaimi, Ismail Cawidu (Mantan Wamen Kominfo), Syamsul Rijal, Ph.D (Aktivis Masyarakat Islam), Rizaludin Kurniawan yang sekarang menjadi ketua Baznas, bu Dr. Bintan Humeira, Dr. Deden Mauli Darajat (mantan jurnalis Republika), Ali Irfani (mantan jurnalis, politikus dan pegiat media) Helmi Hidayat (Redaktur Senior Republika), ibu Dr. Rubiyanah Ibu Fauziah, ibu Siti Nurbaya dan ibu Muslimah Nurlaili sebagai dosen PNS yang kompeten untuk bidang ilmu komunikasi.
Baik itu bisa subjektif, tergantung bagaimana kalian mencoba menjadi maha-pelajar. Penulis juga merasakan ikut menjadi sosok mahasiswa yang terkena kritik dosen tapi itu esensi yang nyata. Menurut penulis, prodi Jurnalistik sangat komunikatif dalam penyebaran info, membantu mahasiswa dalam belajar seperti dukungan terhadap lomba, prestasi, pembantuan urusan UKT dan termasuk percepatan masa kuliah agar lulus tepat waktu.
Lulusnya bagaimana?
Prospek bidang komunikasi itu sangat luas dan bila tak jadi jurnalis, mengapa tidak memilih profesi lain? Saran penulis, segera bangun koneksi dengan siapapun karena itu lebih menjanjikan. Koneksi UIN Jakarta di bidang ini memang banyak di media sekelas Republika, RMOL, dll.
Saran lainnya?
Jangan berpikiran bahwa kuliah di UIN Jakarta akan mengajar soal Islam Nusantara, doktrin terorisme, dll,. Karena itu sangat tidak benar. Namun, prodi Jurnalistik bisa jadi pilihan bagi kalian yang memang dari latar belakang umum untuk mencoba memasuki dunia universiti islam yang giat dengan bidang publistitas.
Godspeed.
Comments
Post a Comment